Misi dan Tujuan Blog Ini 

Menyadari akan adanya berbagai permintaan terhadap Bahan Retret dan Rekoleksi untuk digunakan oleh berbagai kelompok kategorial dan komunitas gerejani, Blog Retret dan Rekoleksi Pastor Udik ini berusaha menyajikan renungannya dalam bahasa  yang sederhana, lugas, dengan mendasarkan ulasannya atas refleksi Kitab Suci dan refleksi Teologis yang memadai. 

Bahan-bahan yang dimuat di blog ini telah digunakan untuk berbagai kelompok kategorial. Dan kami menyajikannya sebagai salah satu tawaran buat pengunjung dan pembaca kami, mungkin bisa dipakai sebagai bahan refleksi untuk bertumbuh sebagai Murid Yesus, sang Guru, Pastor dan Gembala kita.


Blog Archive

III/09. Syarat-Syarat Mengikuti Yesus (3)

October 25, 2009

Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang

Bacaan : Zakheus (Luk 19:1-10)

1. Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." 6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.

7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Renungan

Tema ketiga yang masih bertalian dengan syarat-syarat mengikuti Yesus, kita temukan dalam kisah Injil tentang Zakheus. Dari cara pengisahan dan makna yang ditampilkannya, kisah Injil yang hanya ditemukan dalam Injil Lukas ini, barangkali adalah kisah paling komplet dan menarik tentang belaskasihan Allah kepada orang yang membutuhkannya. Bukan cuma itu saja, kisah ini barangkali juga merupakan kisah paling kaya yang melukiskan tentang tanggapan orang yang menerima belaskasihan Allah sebagaimana yang ditunjukkan oleh Zakheus.

Kisah ini menampilkan untuk kita banyak sekali aspek untuk direnungkan sehubungan dengan tema Mencari dan Menyelamatkan yang hilang sebagaimana judul renungan kita kali ini.

Zakheus, seorang yang ingin bebas dari penjara dosanya sendiri

Injil menjelaskan sedikit tentang siapa sesungguhnya Zakheus. Ia adalah seorang pemungut pajak dan bukan cuma itu saja, ia adalah kepala dari semua pemungut pajak di tempat itu. Dalam kehidupan sosial dia dilihat sebagai seorang pendosa malah seorang pendosa besar karena ia bersekongkol dengan para penjajah Roma. Ia melakukan pekerjaan kotor untuk orang Roma. Karena itu dia dipandang sebagai seorang yang tamak dan seorang pencuri kawakan. Sampai ia bertemu dengan Yesus satu-satunya yang menjadi kesibukannya adalah dirinya sendiri dan urusan memperkaya dirinya sendiri.

Tapi ada hal yang lebih menarik sehubungan dengan pemaparan kisah Injil ini. Dikatakan menarik karena rupanya hanya Zakheus inilah yang perawakannya dijelaskan juga dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yakni bahwa ia seorang yang berbadan pendek. Adakah arti khusus dari pemaparan Injil tentang perawakannya yang pendek. Tentu saja ada maksudnya.

Tentang Yesus, Zakheus mendengar banyak tentang berbagai mukjizat yang dilakukanNya. Dan berita itu tersebar hingga Yerikho, tempat di mana Zakheus menjalankan tugasnya. Baru saja Yesus menyembuhkan seorang yang buta bernama Bartimeus. Berita-berita tentang Yesus yang membuat mukjizat ternyata menggetarkan hati Zakheus. Walaupun ia adalah seorang pendosa yang dibenci oleh orang banyak dan seorang pencuri kelas kakap yang kerap melakukan korupsi besar-besaran, ternyata hatinya tidak tertutup kepada kebenaran. Ia ternyata sedang mencari pembebasan dari dosa yang dilakukannya. Ia sesungguhnya tengah mencari seseorang yang mungkin bisa menunjukkan kepadanya belaskasihan dan membebaskan dia dari penjara kejahatan yang sudah dilakukannya.

Ketika Yesus memasuki kota Yerikho, Zakheus adalah satu dari antara banyak orang yang menyaksikan siapa Yesus. Karena badannya yang pendek, dia memanjat pohon. Dan dari ketinggian tempatnya, ia dengan mudah melihat dalam diri Yesus seorang Allah yang sedang merendahkan diriNya dengan menjadi manusia demi menyelamatkan mereka dari dosa.

Kita tahu bahwa Zakheus tak mengatakan apa-apa pada saat pertemuan itu. Dia tidak memanggil Yesus atau meneriakan nama Yesus. Yang bisa kita katakan ialah bahwa dia hanya berada di sana untuk melihat dari dekat siapakah Yesus itu. Tetapi Yesus melihat kepadanya. Yesus memperhatikan dia yang memanjat pohon dan yang mengherankan juga bahwa Yesus mengenal namanya. “Zakheus”, kataNya, “turunlah dari pohon itu!” Yesus mengenal dia dan memanggil dia dengan namanya sendiri dan kemudian menawarkan diriNya sendiri untuk bertamu di rumah Zakheus; “Saya ingin menumpang di rumahmu hari ini.”

Di sini seolah mukjisat terjadi. Tindakan Tuhan Yesus memancing jawaban dan tanggapan Zakheus. Hatinya luluh lantak di hadapan Cinta Ilahi. Dia bertobat, dia menggantikan semua kerugian yang telah dibuatnya. Dan menurut hukum Musa tindakan Zakheus ini adalah satu tindakan terbesar yang bisa dibuat oleh seseorang yang telah merugikan orang lain. Dia lalu menjual setengah dari harta miliknya dan membaginya untuk orang miskin.

Cerminan Tanggapan Kita

Yang terjadi dalam kisah Zakheus sesungguhnya adalah sebuah kisah pertobatan yang luar biasa. Zakheus mendapat pernyataan cinta dan belas kasih Allah dan dia menjawabnya. Cinta Allah mendapat jawaban yang penuh cinta pula. Dia yang menerima belaskasihan Allah, kini menjadi distributor atau pembagi belas kasihan yang sama. Dia tidak menyembunyikan belaskasihan Allah kepadanya. Apa yang Allah buat terhadap dia, kini dibuatnya bagi orang lain.

Ia karenanya sungguh adalah seorang model murid yang mesti diikuti oleh kita semua saat ini. Ada tiga hal yang bisa kita petik untuk kehidupan biara yang kita jalankan dari kisah Zakheus ini. Ketiganya adalah, (a) kenyataan dosa menjadikan kita kerdil di hadapan Tuhan, (b) Kita perlu terbuka mendengarkan panggilan Tuhan dalam SabdaNya, dan (c) Kita mesti berani mengambil tanggung jawab atas tindakan kita.

(a)   Dosa melambangkan kekerdilan kita di hadapan Tuhan, karenanya harus diatasi

Benar bahwa Zakheus dikenal sebagai orang yang bertubuh pendek, kerdil. Kekerdilan ini sebenarnya tidak hanya menyangkut postur fisiknya, tetapi ia pendek karena dosanya. Dia tidak bisa melihat Yesus Kristus karena dia dilingkupi oleh dosa-dosanya. Dia tidak bisa melihat Yesus sampai ia memutuskan untuk naik pohon itu.

Seperti dia, kita sebenarnya menghadapi kondisi serupa. Setiap dosa yang kita buat, atau dosa yang kita buat terus menerus, sesungguhnya menjadikan kita kerdil. Dosa itu mengurangkan martabat kita sebagai pribadi. Kita memang sering berpandangan bahwa dosa itu sesuatu yang manusiawi. Tidak sesungguhnya bukan sesuatu yang menjadikan kita manusiawi tetapi sesuatu yang mengurangkan martabat kita sebagai manusia.

Kita tidak boleh berbangga dengan dosa yang kita buat. Jangan kita dengan mudah mengatakan, “Akh, kita memang manusia makanya dosa itu wajar!” Menjadi murid Yesus seperti Zakheus sesungguhnya adalah undangan untuk sadar bahwa dosa mengurangi martabat kita sebagai manusia. Karenanya, dosa sedapat mungkin dihindari, sedapat mungkin bisa kita atasi.

(b)   Terbuka mendengarkan panggilan Tuhan dalam SabdaNya

Zakheus memang dikenal sebagai pendosa dan pencuri kelas kakap yang dibenci dan dimusuhi rekan-rekan sebangsanya. Tapi sesungguhnya dalam hatinya ada getaran yang membuat dia rindu selalu untuk mendengarkan Tuhan yang berbelaskasihan kepadanya. Ia merindukan sapaan Tuhan kepadanya dengan namanya sendiri.

Makanya ketika Yesus menyapa Zakheus dengan namanya, betapa gembira hatinya. Ia menjawabnya dengan langsung, karena ia memang mendengarkan Sabda Tuhan yang dialamatkan kepadanya. Dan ketika ia mendengarkan namanya disebut dalam panggilan Yesus, Zakheus tak ragu sedikitpun bahwa ia memang dicintai oleh Tuhan, bahwa Tuhan inilah yang datang untuk menyelamatkannya dan mau menjadikan rumahnya tempat tinggalNya sendiri. Demikianlah seharusnya orang yang dipanggil menjadi orang biara. Mesti ada keyakinan dan kerinduan akan cinta Tuhan. Karenanya pasti ada keterbukaan untuk mendengarkan Dia dalam SabdaNya. Membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebiasaan kita. Sakramen Tobat sebagai tempat kita memohonkan belaskasihan Tuhan mesti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan rohani kita. Kita mesti selalu mencari Tuhan dalam  Ekaristi, meditasi, dalam doa dan dalam bacaan rohani. Dan tak lupa pula kesempatan retret, rekoleksi dan berbagai formasi lanjut sangat diperlukan agar kita bertumbuh dalam kasih Tuhan.

(c)    Berani bertanggung jawab atas tindakan kita

Zakheus bertobat sebagai bentuk jawabannya kepada belaskasihan dan cinta Allah kepadanya. Demikian seharusnya setiap murid Yesus. Kita mesti bertobat dari dosa kita. Kita mesti menyesali dosa dan menolak dosa dan berkomitmen untuk tidak mengulangi dosa itu.

Kalau Zakheus mau menggantikan kerugian terhadap segala yang telah dia buat, demikian juga kita. Tanda pertobatan mesti dimulai dengan keinginan untuk berbuat kasih, bahwa kita berniat untuk mengganti rugi atas apa yang telah kita buat yang merugikan orang lain. Dalam arti sebenarnya, kita diminta untuk merobah hidup kita. Kita tidak hanya harus menghindari dosa, tetapi kita harus berbuat kasih sebagai tanda pertobatan yang sejati. Kita hidup dengan satu fokus yakni mengusahakan kekudusan  sedapat mungkin. Dengan cara inilah kita sebenarnya bisa mengambil bahagian dalam karya Yesus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Kehidupan membiara kita adalah sebuah cara hidup yang senantiasa menghidupkan pencarian Yesus. Dan sebelum mencari bersama Yesus, kita hendaknya menjadi orang yang terbuka seperti Zakheus.

 

III/08. Syarat-Syarat Mengikuti Yesus (2)

October 25, 2009

Memprioritaskan Kerajaan Allah

Bacaan :  Hal Mengikuti Yesus (Luk 9:57-62)[1]

57 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." 58 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

59 Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinka...


Continue reading...
 

III/07. Syarat-Syarat Mengikuti Yesus (1)

October 25, 2009

Mengasihi Yesus Lebih Dari Segala Sesuatu

Lagu / Doa

Judul               :           Engkau tahu, aku MengasihiMu

Lagu, Vokal    :           Eman Weroh

Syair               :           Ansel Meo

Album             :           Bentara Sabda (track 08)

 Bacaan : Bagaimana Mengikuti Yesus (Mt 10: 37-39)

37 Pada suatu ketika Yesus bersabda, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih da...


Continue reading...
 

III/06. Mengapa Yesus Memanggil Para MuridNya? (Alasan Ketiga)

October 25, 2009

Menjadi Bentara Sabda Allah

Doa / Lagu

Judul               :           Bentara Sabda

Lagu, Arr&Voc:         Eman Weroh

Syair               :           Ansel Meo

Album             :           Bentara Sabda ( track 01)

Bacaan :

Perintah untuk Mewartakan Injil (Mk 16: 14-20)

14. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melih...


Continue reading...
 

III/05. Mengapa Yesus Memanggil Para MuridNya? (Alasan Kedua)

October 25, 2009

Ditetapkan sebagai Rasul untuk Menyertai Dia

Bacaan : Yesus Menetapkan Keduabelas Rasul di Atas Bukit (Mk 3:13-19)

13. Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepadaNya. 14 Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil
15 dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan.

16 Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, 17 Yakobus anak Zebedeus, dan ...


Continue reading...
 

III/04. Mengapa Yesus Memanggil Para MuridNya? (Alasan Pertama)

October 25, 2009

Memperoleh Kehidupan yang Kekal

Bacaan :

Orang Muda yang Kaya (Mt 19: 16-22)

16. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."

18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan ber...


Continue reading...
 

III/03. Mereka Tinggal Bersama-Sama Dengan Dia

October 25, 2009

Dalam Injil kita diingatkan bahwa Yesus memang memanggil para muridNya baik pada waktu yang khusus maupun pada waktu lainnya yang kelihatan biasa. Jadi sepertinya, tak ada waktu yang pasti.

Hal itu menunjukkan bahwa dalam hidup setiap orang, Yesus bisa saja masuk dan memanggilnya. Tetapi ketika datang saat itu, itulah saat yang pas, yang akan tetap mengesankan di benak orang yang dipanggil.

Bacaan

Murid-Murid Yesus yang Pertama (Yoh 1, 35 – 44)

35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri ...


Continue reading...
 

III/02. Yesus Memanggil Orang Yang DikehendakiNYa

October 25, 2009

Dan Kitapun Dipanggil olehNya

Benar bahwa Yesus memanggil banyak orang selama hidupNya, walaupun mesti juga dijelaskan bahwa Ia tak memberikan kriteria tentang orang macam apakah yang dikehendakiNya. Dia panggil semua tipe manusia : nelayan, pemungut cukai, pendosa, orang-orang kebanyakan.

Beberapa di antaranya disebutkan juga namanya, yang lain disebutkan tentang pekerjaan dan profesinya, tetapi juga banyak yang tak disebutkan apapun tentang mereka. Kenapa demikian? Rupanya mereka inilah y...


Continue reading...
 

III/01. "Siapakah Aku Ini?"

October 24, 2009

Kata Orang, Siapakah Anak Manusia itu? .... Tetapi, Apa Katamu, Siapakah Aku ini?

Bacaan : 1 Yoh 4, 7-14 dan Mat 16: 13-20

Rasanya tak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan bahwa dalam diri setiap orang yang mampu mengatasi kesulitan dan tantangan yang besar ada kekuatan ekstra yang menggerakkan mereka untuk berusaha maksimal melewati kesulitan itu. Dan satu di antaranya yang sangat menonjol adalah cinta.

Memasuki retret ini, kita akan coba mendalami sejenak panggilan sebagai sebuah misteri...


Continue reading...
 

KATALOG BUKU-BUKU RETRET & RENUNGAN

(Diterbitkan dalam bentuk file PDF)


1. Bertolaklah Lebih Dalam

€ 5.00 

Mulanya ia seorang yang sangat yakin dengan pekerjaannya. Ia seorang profesional sejati, nelayan kawakan yang menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan di danau Galilea. Hingga saat itu tiba, ia mendengar Seorang menyuruhnya "Bertolaklah lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan!". Iapun sadar kebanggaannya tak berdasar di hadapan Dia yang mengetahui segalanya dan dia pun mengikuti Dia untuk menjadi penjala manusia.

Bahan yang diolah sebagai satu retret proses yang meminta juga banyak refleksi dari retretan ini disajikan sebagai satu usaha untuk menemani Petrus yang seringkali konyol, cepat tanggap tanpa berpikir panjang, tetapi cepat menangis ketika sadar diri dan menerima tantangan Gurunya untuk menggembalakan domba-dombaNya.

Dan Petrus tahu bahwa Cinta yang keluar dari hatinya setelah dilengkapi dengan Hati Tuhannya yang memungkinkan dia menjawab, "Tuhan Engkau tahu, Aku mengasihiMu!"
 

2. Komunitas Untuk Saudara dan Pelayanan

€ 5.00 

Kepada para muridNya Yesus pernah menegaskan bahwa jalan menuju kemuliaan dan kesempurnaan adalh jalan salib, kataNya, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (Mat. 16:24). Sebuah indikasi dan juga peringatan bahwa jalan kemuridan adalah jalan salib. Dan patut kita akui bahwa menapaki jalan yang demikian adalah sulit.

Mengapa? Karena jalan yang dikehendaki Yesus adalah suatu cara hidup orang pinggiran, karena melawan cara hidup yang dimiliki orang banyak, yang pada masa hidup Yesus – cara hidup orang banyak berpusatkan pada sinagoga dan kekuasaan kekaisaran Romawi. Jelas sekali bahwa apa yang diwartakan Yesus melawan arus, kontra-budaya dan menampilkan diri sebagai suatu komunitas alternatif. Satu-satunya cara untuk mendukung para murid untuk menapaki jalan ini, Yesus pun mengajarkan para muridNya untuk menjadi satu komunitas untuk saudara dan komunitas untuk pelayanan.

Bahan retret yang dikemas untuk para anggota komunitas religius ini adalah usaha penulis untuk menawarkan kepada peserta retret dan pembaca sekalian suatu refleksi alternatip tentang komunitas kristiani, secara istimewa komunitas religius sebagaimana dikehendaki Yesus bagi para muridNya. Karena itulah, sub judul buku ini adalah “Yesus Menciptakan Komunitas MuridNya sebagai Sahabat”. Sub judul ini sekaligus mengungkapkan harapan bahwa komunitas – komunitas kita hendaknya dihidupi sebagai Komunitas Persahabatan, baik dengan Tuhan sang pembentuk komunitas maupun dengan sesama anggota komunitas serta dengan mereka yang kita layani dalam berbagai karya kita.

 

3. Misteri Cinta Allah Dalam Panggilan Kita

€ 5.00 

Pembicaraan tentang panggilan tentu bukan lagi merupakan sesuatu hal yang baru. Paling kurang kita menyadari bahwa hidup kita melukiskan adanya banyak panggilan. Di antaranya juga panggilan yang dialamatkan kepada kita oleh Yesus sebagaimana akan direnungkan dalam buku sederhana ini.

Ketika kita merenungkannya, kita sadar bahwa panggilan mengindikasikan adanya suatu pertemuan, adanya suatu hubungan dan kontak baik secara sengaja maupun tidak ... dan membawa serta di dalamnya satu pertanyaan fundamental seperti yang diajukan Yesus, “Siapakah Aku menurut orang banyak?” dan “Siapakah Aku menurutmu sendiri?” (Mt 16,13-20).

Permenungan yang mendalam lewat kesempatan sebuah Retret akan sangat membantu kita untuk menggali dan menemukan jawaban atas pertanyaan di atas. Dan jawabannya, entah itu sebuah jawaban sederhana maupun yang sangat komplet merupakan sebuah tanggapan baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas akan panggilan hidup yang sedang kita jalani.

Bagi saya, semakin sering mendalami tema panggilan sambil berusaha menjawabi pertanyaan yang diajukan Yesus di atas, semakin menghantar saya pada suatu kesadaran bahwa panggilan hidup setiap kita sesungguhnya adalah misteri cinta Allah yang tak berkesudahan kepada setiap kita. Tentang bagaimana Tuhan memanggil berbagai orang dan di mana mereka dipanggil, serta kapan mereka dipanggil semakin memperjelas dimensi misteri cinta ini. Belum lagi kalau kita diharuskan untuk menggali apa saja yang menjadi syarat dalam panggilan itu serta tantangan yang menyertainya.

 

"Simon anak Yohanes, Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepadaNya, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau!" Kata Yesus kepadanya, "Gembalakanlah doma-dombaKu!" (Yoh 21,17)

 
Make a Free Website with Yola.