III/09. Syarat-Syarat Mengikuti Yesus (3)
October 25, 2009Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang
Bacaan : Zakheus (Luk 19:1-10)
1. Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. 2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. 3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. 5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." 6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." 8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Renungan
Tema ketiga yang masih bertalian dengan syarat-syarat mengikuti Yesus, kita temukan dalam kisah Injil tentang Zakheus. Dari cara pengisahan dan makna yang ditampilkannya, kisah Injil yang hanya ditemukan dalam Injil Lukas ini, barangkali adalah kisah paling komplet dan menarik tentang belaskasihan Allah kepada orang yang membutuhkannya. Bukan cuma itu saja, kisah ini barangkali juga merupakan kisah paling kaya yang melukiskan tentang tanggapan orang yang menerima belaskasihan Allah sebagaimana yang ditunjukkan oleh Zakheus.
Kisah ini menampilkan untuk kita banyak sekali aspek untuk direnungkan sehubungan dengan tema Mencari dan Menyelamatkan yang hilang sebagaimana judul renungan kita kali ini.
Zakheus, seorang yang ingin bebas dari penjara dosanya sendiri
Injil menjelaskan sedikit tentang siapa sesungguhnya Zakheus. Ia adalah seorang pemungut pajak dan bukan cuma itu saja, ia adalah kepala dari semua pemungut pajak di tempat itu. Dalam kehidupan sosial dia dilihat sebagai seorang pendosa malah seorang pendosa besar karena ia bersekongkol dengan para penjajah Roma. Ia melakukan pekerjaan kotor untuk orang Roma. Karena itu dia dipandang sebagai seorang yang tamak dan seorang pencuri kawakan. Sampai ia bertemu dengan Yesus satu-satunya yang menjadi kesibukannya adalah dirinya sendiri dan urusan memperkaya dirinya sendiri.
Tapi ada hal yang lebih menarik sehubungan dengan pemaparan kisah Injil ini. Dikatakan menarik karena rupanya hanya Zakheus inilah yang perawakannya dijelaskan juga dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yakni bahwa ia seorang yang berbadan pendek. Adakah arti khusus dari pemaparan Injil tentang perawakannya yang pendek. Tentu saja ada maksudnya.
Tentang Yesus, Zakheus mendengar banyak tentang berbagai mukjizat yang dilakukanNya. Dan berita itu tersebar hingga Yerikho, tempat di mana Zakheus menjalankan tugasnya. Baru saja Yesus menyembuhkan seorang yang buta bernama Bartimeus. Berita-berita tentang Yesus yang membuat mukjizat ternyata menggetarkan hati Zakheus. Walaupun ia adalah seorang pendosa yang dibenci oleh orang banyak dan seorang pencuri kelas kakap yang kerap melakukan korupsi besar-besaran, ternyata hatinya tidak tertutup kepada kebenaran. Ia ternyata sedang mencari pembebasan dari dosa yang dilakukannya. Ia sesungguhnya tengah mencari seseorang yang mungkin bisa menunjukkan kepadanya belaskasihan dan membebaskan dia dari penjara kejahatan yang sudah dilakukannya.
Ketika Yesus memasuki kota Yerikho, Zakheus adalah satu dari antara banyak orang yang menyaksikan siapa Yesus. Karena badannya yang pendek, dia memanjat pohon. Dan dari ketinggian tempatnya, ia dengan mudah melihat dalam diri Yesus seorang Allah yang sedang merendahkan diriNya dengan menjadi manusia demi menyelamatkan mereka dari dosa.
Kita tahu bahwa Zakheus tak mengatakan apa-apa pada saat pertemuan itu. Dia tidak memanggil Yesus atau meneriakan nama Yesus. Yang bisa kita katakan ialah bahwa dia hanya berada di sana untuk melihat dari dekat siapakah Yesus itu. Tetapi Yesus melihat kepadanya. Yesus memperhatikan dia yang memanjat pohon dan yang mengherankan juga bahwa Yesus mengenal namanya. “Zakheus”, kataNya, “turunlah dari pohon itu!” Yesus mengenal dia dan memanggil dia dengan namanya sendiri dan kemudian menawarkan diriNya sendiri untuk bertamu di rumah Zakheus; “Saya ingin menumpang di rumahmu hari ini.”
Di sini seolah mukjisat terjadi. Tindakan Tuhan Yesus memancing jawaban dan tanggapan Zakheus. Hatinya luluh lantak di hadapan Cinta Ilahi. Dia bertobat, dia menggantikan semua kerugian yang telah dibuatnya. Dan menurut hukum Musa tindakan Zakheus ini adalah satu tindakan terbesar yang bisa dibuat oleh seseorang yang telah merugikan orang lain. Dia lalu menjual setengah dari harta miliknya dan membaginya untuk orang miskin.
Cerminan Tanggapan Kita
Yang terjadi dalam kisah Zakheus sesungguhnya adalah sebuah kisah pertobatan yang luar biasa. Zakheus mendapat pernyataan cinta dan belas kasih Allah dan dia menjawabnya. Cinta Allah mendapat jawaban yang penuh cinta pula. Dia yang menerima belaskasihan Allah, kini menjadi distributor atau pembagi belas kasihan yang sama. Dia tidak menyembunyikan belaskasihan Allah kepadanya. Apa yang Allah buat terhadap dia, kini dibuatnya bagi orang lain.
Ia karenanya sungguh adalah seorang model murid yang mesti diikuti oleh kita semua saat ini. Ada tiga hal yang bisa kita petik untuk kehidupan biara yang kita jalankan dari kisah Zakheus ini. Ketiganya adalah, (a) kenyataan dosa menjadikan kita kerdil di hadapan Tuhan, (b) Kita perlu terbuka mendengarkan panggilan Tuhan dalam SabdaNya, dan (c) Kita mesti berani mengambil tanggung jawab atas tindakan kita.
(a) Dosa melambangkan kekerdilan kita di hadapan Tuhan, karenanya harus diatasi
Benar bahwa Zakheus dikenal sebagai orang yang bertubuh pendek, kerdil. Kekerdilan ini sebenarnya tidak hanya menyangkut postur fisiknya, tetapi ia pendek karena dosanya. Dia tidak bisa melihat Yesus Kristus karena dia dilingkupi oleh dosa-dosanya. Dia tidak bisa melihat Yesus sampai ia memutuskan untuk naik pohon itu.
Seperti dia, kita sebenarnya menghadapi kondisi serupa. Setiap dosa yang kita buat, atau dosa yang kita buat terus menerus, sesungguhnya menjadikan kita kerdil. Dosa itu mengurangkan martabat kita sebagai pribadi. Kita memang sering berpandangan bahwa dosa itu sesuatu yang manusiawi. Tidak sesungguhnya bukan sesuatu yang menjadikan kita manusiawi tetapi sesuatu yang mengurangkan martabat kita sebagai manusia.
Kita tidak boleh berbangga dengan dosa yang kita buat. Jangan kita dengan mudah mengatakan, “Akh, kita memang manusia makanya dosa itu wajar!” Menjadi murid Yesus seperti Zakheus sesungguhnya adalah undangan untuk sadar bahwa dosa mengurangi martabat kita sebagai manusia. Karenanya, dosa sedapat mungkin dihindari, sedapat mungkin bisa kita atasi.
(b) Terbuka mendengarkan panggilan Tuhan dalam SabdaNya
Zakheus memang dikenal sebagai pendosa dan pencuri kelas kakap yang dibenci dan dimusuhi rekan-rekan sebangsanya. Tapi sesungguhnya dalam hatinya ada getaran yang membuat dia rindu selalu untuk mendengarkan Tuhan yang berbelaskasihan kepadanya. Ia merindukan sapaan Tuhan kepadanya dengan namanya sendiri.
Makanya ketika Yesus menyapa Zakheus dengan namanya, betapa gembira hatinya. Ia menjawabnya dengan langsung, karena ia memang mendengarkan Sabda Tuhan yang dialamatkan kepadanya. Dan ketika ia mendengarkan namanya disebut dalam panggilan Yesus, Zakheus tak ragu sedikitpun bahwa ia memang dicintai oleh Tuhan, bahwa Tuhan inilah yang datang untuk menyelamatkannya dan mau menjadikan rumahnya tempat tinggalNya sendiri. Demikianlah seharusnya orang yang dipanggil menjadi orang biara. Mesti ada keyakinan dan kerinduan akan cinta Tuhan. Karenanya pasti ada keterbukaan untuk mendengarkan Dia dalam SabdaNya. Membaca dan merenungkan Kitab Suci harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebiasaan kita. Sakramen Tobat sebagai tempat kita memohonkan belaskasihan Tuhan mesti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan rohani kita. Kita mesti selalu mencari Tuhan dalam Ekaristi, meditasi, dalam doa dan dalam bacaan rohani. Dan tak lupa pula kesempatan retret, rekoleksi dan berbagai formasi lanjut sangat diperlukan agar kita bertumbuh dalam kasih Tuhan.
(c) Berani bertanggung jawab atas tindakan kita
Zakheus bertobat sebagai bentuk jawabannya kepada belaskasihan dan cinta Allah kepadanya. Demikian seharusnya setiap murid Yesus. Kita mesti bertobat dari dosa kita. Kita mesti menyesali dosa dan menolak dosa dan berkomitmen untuk tidak mengulangi dosa itu.
Kalau Zakheus mau menggantikan kerugian terhadap segala yang telah dia buat, demikian juga kita. Tanda pertobatan mesti dimulai dengan keinginan untuk berbuat kasih, bahwa kita berniat untuk mengganti rugi atas apa yang telah kita buat yang merugikan orang lain. Dalam arti sebenarnya, kita diminta untuk merobah hidup kita. Kita tidak hanya harus menghindari dosa, tetapi kita harus berbuat kasih sebagai tanda pertobatan yang sejati. Kita hidup dengan satu fokus yakni mengusahakan kekudusan sedapat mungkin. Dengan cara inilah kita sebenarnya bisa mengambil bahagian dalam karya Yesus untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Kehidupan membiara kita adalah sebuah cara hidup yang senantiasa menghidupkan pencarian Yesus. Dan sebelum mencari bersama Yesus, kita hendaknya menjadi orang yang terbuka seperti Zakheus.
Posted by Anselmus Meo